Daftar Blog Saya

Senin, 15 Agustus 2011

Sex Bebas

Namaku Tina. Usiaku 16 tahun. Aku sekolah di sebuah SMU swasta terkenal di Surabaya. Sudah hampir setahun ini hidupku penuh berisi kesenangan-kesenangan yang liar. Dugem, ineks dan seks bebas. Sampai akhirnya aku terjerumus dalam ambang kehancuran. Terombang-ambing dalam ketidak pastian. Aku bingung apa yang kucari. Aku bingung harus kemana arah dan tujuanku. Apa yang selama ini kulakukan tidak memberikan kemajuan yang positif. Bahkan aku nyaris gila. Siapakah aku ini?


Sejujurnya aku menyesali kondisiku yang seperti ini. Keterlibatanku dengan narkoba telah membawaku ke dalam kehidupan yang kelam. Sungguh kejam! Aku jadi berangan-angan ingin kembali ke kehidupan lamaku dimana aku belum mengenal narkoba. Saat itu begitu indah. Orang tuaku sayang padaku. Andrew pacarku dengan setia berada disisiku. Dan dia selalu datang untuk menghibur dan menemaniku.


Aku jadi ingat pada hari-hari tertentu, teman-teman sekolahku datang main ke rumah untuk mengerjakan tugas atau hanya sekedar berkumpul. Kalau lagi ada pacarku, mereka selalu menggoda kami sebagai pasangan serasi. Padahal menurutku kami bertolak belakang. Aku pemalu dan mudah merajuk. Sedang pacarku biang kerok di sekolah dan tidak tahu malu. Aku berprestasi dalam pelajaran tapi kurang menguasai bidang olah raga. Sedangkan dia berprestasi dalam olah raga namun malas belajar. Tinggiku sedang dan badanku agak kurus. Sedangkan dia tinggi dan besar. Pokoknya beda banget. Tapi teman sekolah mengatakan kami pasangan serasi. Entah apanya yang serasi..


Aku masih ingat saat-saat terakhir dia meninggalkan aku untuk sekolah ke Amerika. Ada setitik firasat bahwa itu adalah saat terakhir aku bersamanya. Aku menangis tiada henti di bandara seperti orang bodoh. Tidak ada kata yang terucap, hanya sedu sedan lirih terdengar dari mulutku. Orang tuanya sampai sungkan pada orang tuaku dan berusaha menghiburku dengan mengatakan bahwa Andrew akan sering pulang ke Indonesia untuk menengokku. Orang tuaku pun tak kalah dan berjanji padaku akan menyekolahkan aku ke Amerika selepas SMU.


Kata orang cinta akan lebih terasa saat terpisahkan oleh jarak. Aku tidak sabar untuk membuka e-mail setiap malam. Telepon internasional seminggu sekali menjadi pelepas dahaga bila aku rindu suaranya. Setiap malam menjelang tidur, aku melihat-lihat foto kami berdua. Dan tak lupa aku mendoakan dia.


Kini Andrew tidak akan mau memandangku lagi. Laporan dari teman-temannya yang melihat aku berkeliaran di diskotik-diskotik dengan lelaki lain membuatnya murka dan tidak mempercayai aku. Dia mengadili aku yang hanya bisa menangis dan berjanji akan menghentikan perbuatanku. Tapi apa daya, di belahan dunia lain, Andrew tidak akan bisa melihat keseriusanku. Dia meminta untuk mengakhiri hubungannya denganku meski aku menangis meraung-raung di telepon. Aku tak berdaya. Dia begitu kerasnya tidak mengampuni kesalahanku.


Yah memang semua itu memang salahku. Tapi apakah aku tidak punya kesempatan untuk memperbaiki kesalahan? Apakah setiap orang tidak pernah khilaf? Apakah sama sekali tidak ada ampun untukku? Dia dulu mengatakan apa pun yang terjadi akan selalu mencintaiku. Akan selalu menjagaku. Semakin hari cintanya padaku akan semakin besar. Ternyata, bohong! Itu semua hanya bohong belaka!


Saat ini aku jadi ceweq bodoh, sering melamun dan mudah stres. Bukan hanya hubunganku dengan Andrew yang hancur. Hubunganku dengan ayah ibuku juga memburuk. Mereka sudah menyerah menghadapi aku yang hampir setiap hari pulang pagi. Mereka bahkan mengancam akan mengusir aku bila terus menerus seperti ini.


Aku jadi sering membolos sekolah. Prestasiku di sekolah makin hari makin memburuk. Aku telah kehilangan minat untuk belajar dan meraih ranking tinggi di sekolah. Hubungan sosial dengan teman sekolahku juga semakin buruk. Aku malas bergaul dengan mereka. Aku takut mereka mengetahui siapa aku sebenarnya. Aku takut mereka menyebarkan tingkah lakuku sebenarnya. Aku takut..


Aku jadi paranoid! Aku jadi mudah curiga dengan semua orang. Aku jadi sulit tidur dan melamun yang tidak-tidak. Aku jadi sering mimpi buruk dan makin sulit membedakan mana mimpi dan kenyataan. Lama-lama aku bisa gila!


Aku ingin berhenti menggunakan narkoba dan sesegera mungkin meninggalkan dunia gemerlap yang selama setahun ini kugeluti. Tapi aku sulit meninggalkannya. Aku terperangkap di dalamnya!


Ineks! Semua ini gara-gara pil setan itu! Badanku semakin kurus. Mataku cekung dihiasi garis hitam dibawahnya. Aku tidak mengenali wajahku sendiri di hadapan cermin. Bahkan Mamaku sudah mengecap aku sebagai wanita nakal.


Yah.. wanita nakal.. aku memang telah jadi wanita nakal. Aku telah melepaskan keperawananku pada seorang pria yang bukan suamiku. Aku malu pada diriku dan pada orang tuaku. Diriku bukan Tina yang dulu. Tina yang selalu meraih prestasi di sekolah. Tina yang selalu membanggakan orang tua. Tina yang rajin ke gereja. Tina yang lugu dan pemalu. Tina yang selalu jujur dan berterus terang..


Malam itu entah malam keberapa aku ke diskotik dengan Martin. Setelah triping gila-gilaan bersama teman-teman, aku pulang bersama Martin. Sebenarnya aku malas pulang karena masih dalam keadaan on berat. Gara-gara Bandar gede dari Jakarta datang, semua jadi kebanyakan ineks. Badanku terus bergetar tiada henti, dan rahangku bergerak-gerak ke kiri dan kekanan. Dengan eratnya aku peluk lengan Martin seakan-akan takut kehilangan dirinya.


Tidak seperti biasanya Martin mengajakku putar-putar keliling kota. Mungkin dia kasihan melihat aku masih on berat dan tidak tega membiarkan aku sendirian di rumah. Aku sih senang-senang saja. Kuputar lagu-lagu house music agak kencang, meski aku tahu akibatnya bisa fatal.


Tak sampai lima menit, lagu house music dan hembusan hawa AC yang dingin membuat aku on lagi! Aku menggerak-gerakkan badan, kepala dan tanganku di bangku sebelah. Rasanya asyik sekali triping dalam mobil yang melaju membelah kota! Martin tertawa melihat aku memutar-mutar kepala seperti angin puyuh.


“Untung kaca film mobilku gelap. Jadi aku nggak perlu takut orang-orang melihat tingkahmu!” ujarnya.


Hahaha.. rasanya saat itu aku tidak peduli mau dilihat orang, polisi, hansip atau siapa pun juga, aku tidak akan peduli! Lagipula ini masih jam 3 pagi.


Setelah setengah jam kami putar-putar kota, akhirnya kami sampai di daerah sekitar rumah Martin. Martin menyarankan agar aku meneruskan tripingku di rumahnya. Sebab terlalu riskan bila triping di jalanan seperti itu. Kalau sedang sial bisa ketangkap polisi. Aku yang sudah tidak bisa berpikir lagi Cuma mengiyakan semua omongannya.


Sampai di rumahnya, aku langsung diantar ke kamarnya. Sambil meletakkan kunci mobil, Martin menyalakan ac dan memutar lagu house music untukku. Wah dia benar-benar ingin membuat aku on terus sampai pagi! Ok, Aku layani! Kurebut remote ac dari tangannya dan ku setel dengan temperatur paling rendah.


Martin yang sudah drop, begitu mencium bau ranjang langsung hendak merebahkan badannya yang besar itu ke tempat tidur. Tentu saja aku tidak ingin tripping sendiri! Kutarik tangannya dan kuajak dia goyang lagi. Martin mengerang dan tetap menutup wajahnya dengan bantal. Tingkahnya dibuat manja seperti anak kecil. Tidak habis pikir aku segera mencari koleksi minumannya di mejanya. Kusambar sebotol Martell VSOP dan kupaksa dia minum.


Mulanya Martin menolak dengan alasan besok harus kerja. Namun aku memaksa terus hingga dia tak berkutik. Beberapa teguk Martell membuahkan hasil juga. Martin bangun dan duduk didepanku. Aku segera memeluknya dari belakang dan menggodanya dengan manja.


“Kalau kamu mau nemenin aku tripinng.. hari ini aku jadi milikmu.”
“Milikku sepenuhnya..? Ehm.. I love it!” Balas Martin nakal.
“Ya..ehm.. jadi milikmu..” gumamku di dekat telinganya.


Aku memeluknya dari belakang dan menciumi telinganya sampai dia kegelian. Aku terus menggodanya dengan menciumi leher dan bahunya. Tiba-tiba dia membalikkan badan dan menyergapku! Aku kaget juga dan berteriak kecil. Martin mendekapku erat-erat dan balas menciumi wajah, leher dan telingaku. Aku menjerit-jerit kegelian oleh tingkahnya.


Lama-lama ciuman Martin semakin turun ke bawah. Dia melorotkan tali tank-topku dan menciumi buah dadaku dengan ganas sambil mendengus-dengus. Aku bergetar menahan geli dan rangsangan yang hebat. Otot-otot badan dan kakiku terasa kaku semua.


Tidak puas menciumi dadaku, Martin meloloskan bra yang menutupi dadaku sehingga kedua buah dadaku tersembul keluar.


“Woow.. aku paling suka payudaramu!” desisnya.
Aku paling suka kalau keindahan tubuhku dipuji. Dia mengucapkan kata-kata itu dengan mata berbinar-binar sehingga membuatku tersanjung. Tentu saja aku langsung menutupi dadaku dengan kedua tanganku seakan-akan melarangnya untuk melihat.


Sedetik kemudian dia membuka kedua tanganku dan membungkuk kearah dadaku lalu mendekatkan mulutnya ke puting kananku. Dengusan napasnya yang mengenai putingku sudah bisa membuatku menggelinjang. Pelan-pelan lidahnya menjilat putingku sekilas, lalu berhenti dan memandang reaksiku. Aku memejamkan mata dan mendengus. Perasaanku melambung sampai ke awang-awang! Ketika kubuka mataku, dia memandangku sambil tersenyum nakal. Aku memukulnya. Kemudian dia menjilat puting kiriku sekilas. Aku kembali menggelinjang-gelinjang. Aku merasa detik-detik penantian apa yang akan dilakukan Martin pada putingku membuat aku makin penasaran. Aku mengerang-erang ingin agar Martin meneruskan aksinya.


Aku sudah sangat terangsang hingga memohon-mohon padanya agar memuaskan aku. Martin tersenyum manis sekali lalu mulai memasukan putingku ke mulutnya. Putingku dipermainkan dengan mulut dan lidahnya yang hangat. Aku bergetar dan menggelinjang menjadi-jadi. Kepiawaian Martin merangsang dan memuaskan aku sudah terbukti. Rangsangan yang hebat melupakan segala janji yang pernah kubuat.


Martin sangat terangsang rupanya. Aku merasa ada yang mengganjal di bagian bawah perutku dan menyodok-nyodok kemaluanku. Aku membuka kedua kakiku lebar-lebar dan merubah posisi pinggulku agar kemaluanku bergesekan dengan penisnya. Tiap kali penisnya menggesek klitorisku aku mengerang dan merenggut apa saja yang bisa kurenggut termasuk rambutnya. Napas kita yang mendengus-dengus bersahut-sahutan bersaing dengan lagu house music yang memenuhi ruangan.


Martin meneruskan aksinya sambil melepas pakaianku satu persatu hingga aku telanjang bulat. Aku menatap wajahnya dengan perasaan tak karuan. Lalu dia membuka pakaiannya sendiri dan mulai menyerangku dengan ganas.


Aku diciumi mulai mulut turun ke leher lalu ke buah dadaku. Kemudian turun lagi melewati pusar dan bulu kemaluanku. Dia berhenti sesaat sambil melihat aku yang sudah terangsang berat.


“Martin.. cium anuku please..” pintaku terbata-bata.
“Hehehe..” Desisnya pelan.


Lalu tanpa menunggu perintah kedua kalinya, dia mulai merubah posisinya agar mulutnya pas di kemaluanku. Kemudian kakiku dibuka lebar-lebar ke atas sehingga kemaluanku menyembul di antara pahaku. Aku merasa hawa dingin menerpa bagian dalam kemaluanku yang merekah. Aku memejamkan mata berdebar-debar menunggu Martin memulai aksinya.


Martin menciumi sisi luar kemaluanku dengan perlahan. Aku mengerang tertahan dan mengerutkan dahi. Rasanya geli sekali! Ciumannya bergerak ke tengah dan berhenti di klitorisku. Klitorisku diciuminya lama sekali seperti kalau dia menciumi bibirku. Dia mengulum dan kadang menyedot kemaluanku dengan kuat. Aku mendesah-desah keras sekali. Tak tergambarkan rasanya. Lalu ketika lidahnya ikut bermain, aku tak kuat menahan lebih lama lagi. Dibukanya bibir kemaluanku dengan jarinya, lalu lidahnya dimasukan diantaranya. Lidahnya memilin-milin klitorisku dan kadang masuk ke vaginaku dalam sekali.


Erangan panjang menandakan kenikmatan yang tiada taranya. Aku malu sekali ketika orgasme dihadapannya. Ritme ciumannya pada kemaluanku perlahan-lahan mengendur seiring dengan tekanan yang kurasakan. Martin memang hebat. Dia sudah berpengalaman memuaskan ceweq. Dia bisa tahu timing yang tepat kapan harus cepat dan kapan harus pelan. Aku jadi curiga apa dia berprofesi sebagai gigolo yang biasa memuaskan Tante-Tante kesepian. Hehehe..


“Lho kok cepat? Udah terangsang dari tadi ya?” tanyanya sambil senyum-senyum mesum.


Mukaku memerah ketika aku tak bisa menjawab pertanyaannya. Aku memukulnya dengan bantal sambil menggodanya. “Kamu gigolo ya? Kok hebat banget?”


“Eh, gigolo! Kurang ajar! Gua ini memang Don Juan Surabaya ya! Belum pernah ada ceweq yang tidak puas kalau main denganku!” katanya pongah.


“Teman-temanku sampai menjuluki aku ‘Sex Machine’!” lanjutnya.


“Ngibul! kamu pasti gigolo!” godaku sambil memukulnya dengan bantal lagi. Kami perang mulut selama beberapa saat.


Kemudian Martin mengakhirinya dengan berkata, “Enak aja menghinaku! Sebagai balasannya, nih..” Martin melompat kearahku dan memasukkan kepalanya diantara kakiku.


Dia langsung melumat kemaluanku dengan mulutnya lebih ganas lagi padahal kemaluanku masih berdenyut-denyut geli. Aku menjerit-jerit karenanya. Gelinya luar biasa! Entah apakah kemaluanku sudah sangat basah atau tidak, aku mendengar bunyi berkecipak di kemaluanku. Rasa geli yang menerpa segera berubah menjadi nikmat. Aku terhanyut lagi dalam permainan lidahnya.


Aku orgasme untuk yang kedua kalinya. Badanku rasanya lemas semua. Malam itu aku mudah sekali orgasme. Entah apa mungkin itu karena pengaruh ineks atau memang aku sudah dalam keadaan puncak, aku tidak tahu..


Kami break sebentar. Martin tidur terlentang. Kulihat penisnya berdiri tegak bagai tugu monas. Kepalanya yang merah mengkilat karena cairan maninya meleleh keluar. Aku duduk di dipangkuannya dan memegang penisnya yang keras.


“Lho, sejak kapan celana dalammu lepas? Aku kok nggak tahu?” tanyaku.


“Hehehe.. kamu merem terus dari tadi sampe nggak tahu kalo burungku udah menunggu-nunggu ditembakkan ke sasaran!” candanya.


Aku kasihan padanya. Kuelus-elus penisnya sambil menggodanya. Lalu aku naik ke atas tubuhnya dan duduk tepat diatas penisnya. Martin tampak terangsang melihat tindakanku. Kugoyang-goyangkan pinggulku maju mundur diatas penisnya sambil kuelus-elus dadanya. Martin memejamkan matanya sambil merasakan sentuhan-sentuhan kemaluanku di penisnya. Aku juga merasa geli-geli nikmat saat penisnya yang keras dan licin menggeser klitorisku.


Lama-lama Martin tidak kuat menahan rangsangan. Dia bangkit dan memeluk tubuhku. Kami berciuman. Tanpa mempedulikan bau cairan vaginaku di mulutnya, aku terus menggoyangkan pinggulku maju mundur. Kemaluanku yang basah semakin memudahkan penis Martin bergesekan diantar bibir kemaluanku. Gerakan kami makin lama makin liar, sampai akhirnya pertahananku runtuh!


Penis Martin mengoyak keperawananku! Kepala penisnya selip dan masuk ke vaginaku. Aku menjerit kaget dan gerakanku terhenti. Untuk sesaat aku merasa sakit karena ada benda sebesar itu masuk ke vaginaku. Martin juga berhenti dan hendak mencabut penisnya dari vaginaku. Namun aku mencegahnya. Aku benar-benar terhanyut dalam fantasiku sendiri akan kenikmatan persetubuhan. Kupeluknya erat-erat tubuhnya. Disamping rasa sakit, aku merasakan suatu kenikmatan yang lain. Aku ingin merasakan lebih lama lagi.


Secara tak sadar aku merendahkan pinggulku perlahan-lahan sampai penis Martin memenuhi liang vaginaku. Rasanya sungguh luar biasa! Aku memeluk Martin sekuat tenaga dengan napas terputus-putus. Kucengkeram punggungnya dengan kuku jariku tanpa peduli dia kesakitan atau tidak. Tak terlukiskan perasaanku saat itu. Aku mengerang-erang. Rasanya seluruh sarafku terputus dan terpusat di kemaluanku saja. Martin membiarkanku sesaat menikmati moment ini. Dia pasti juga sedang menikmati koyaknya selaput daraku.


Perlahan-lahan Martin mulai menggoyangkan pinggulnya. Penisnya bergerak-gerak perlahan dalam kemaluanku. Aku mendesah mengaduh-aduh menahan nikmat dan geli. Vaginaku masih sangat sensitif sampai sampai aku tidak tahan ketika penisnya digerak-gerakkan. Aku menatap sayu pada Martin.


“Kenapa aku nggak tahu kalau ML seenak ini? Kalau tahu, aku sudah dari dulu mau making love sama kamu!” kataku parau.


Mendengar perkataanku, sesaat Martin hanya memandangku tanpa ekspresi. Aku tidak dapat menebak apa yang ada dipikirannya. Lalu dengan pandangan yang menyejukkan, dia mencium keningku dan pipiku. Aku menjadi tenang dan damai. Martin, aku sayang padamu, aku sayang padamu, aku sayang padamu. Tak ada lagi Andrew dalam kamusku. Aku hanya sayang padamu kataku dalam hati. Sex jauh lebih memabukkan daripada extacy! Aku tak bisa berpikir jernih! Yang ada dipikiranku hanya terus dan terus.. tanpa akhir..


Martin mulai menggerakkan penisnya keluar masuk vaginaku. Mulanya perlahan, lama-lama semakin cepat. Rasanya mau mati saking nikmatnya. Aku tak bisa berkata apa-apa. Hanya erangan dan desahan yang keluar dari mulutku. Dorongan penisnya yang menghujam keluar masuk ke dalam vaginaku membuatku tak berdaya.


Malam itu aku orgasme empat kali. Martin menumpahkan spermanya di perutku dan terkapar disebelahku. Aku juga terkapar kelelahan. Saking lelahnya aku sampai tidak kuat untuk bergerak mengambil tissue untuk membersihkan spermanya yang tumpah di perutku. Ternyata orgasme saat ML jauh lebih nikmat daripada dengan oral seks. Sungguh berbeda..


Setelah terkapar beberapa saat, Martin membopongku ke kamar mandi dan memandikan aku. Aku terus menerus memandang wajahnya dan mencari-cari sinar apa yang terpancar di wajahnya. Apakah dia benar mencintaiku atau aku hanya salah satu perempuan koleksinya? Aku terus memeluknya saat dia membasuh tubuhku dengan air hangat dan membersihkan kemaluanku. Kemudian setelah membersihkan diri, kami tidur kelelahan.


*****


Besoknya saat aku bangun, Martin sudah tidak ada di sebelahku. Kulihat jam dinding menunjukkan pukul sembilan. Detik berikutnya aku baru sadar kalau tidur telanjang bulat dan hanya ditutupi selimut. Perlahan-lahan memoriku memutar balik kejadian tadi malam. Agak susah mengingat kejadian semalam setelah pakai ineks dan minum minuman beralkohol.


Setelah ingat semua, dengan lunglai aku bangkit dan melihat kemaluanku. Kuraba dan kupegang kemaluanku. Rasa nikmat dan geli semalam masih terbayang di pikiranku. Pikiran jelek mulai menggangguku. Aku sudah tidak perawan! Aku sudah kehilangan keperawananku di usia ke 16 dengan cowoq yang bukan pacarku maupun suamiku! Edan! Aku lepas kendali!


Kata-kata Ling mulai teringat kembali. Saat dia kehilangan keperawanannya pertama kali, dia menangis menjadi-jadi semalaman. Namun sekarang dia sudah biasa dan malah sering making love. Aku teringat saat Ling mengenalkan Martin padaku, dia memperingatkan Martin agar jangan macam-macam padaku. Berbagai macam kejadian dari awal aku kenal kehidupan malam sampai saat ini lalu lalang dalam pikiranku seakan-akan menyindirku. Sekarang semuanya telah terjadi! Aku tak percaya! Aku jadi seperti Ling!


Aku ingin menangis menyesali semuanya! Namun sudah terlambat! Apalagi saat aku melihat setitik noda hitam pada sprei. Aku langsung menangis menjadi-jadi. Aku merasa berdosa! Bayangan wajah Papa Mamaku berkelebat berganti-ganti dalam benakku. Aku merasa berdosa pada Papaku, pada Mamaku, pada kakakku, pada seluruh keluargaku!


Aku ke kamar mandi untuk membersihkan diriku! Aku merasa kotor dan hina! Aku bukan Tina yang dulu lagi! Masa depanku hancur! Siapa yang mau sama aku! Cowoq mana yang mau menerima ceweq seperti aku! Ceweq yang sudah tidak utuh lagi! Ceweq murahan! Aku benci diriku sendiri! Aku benci semua orang! Aku menangis lama sekali di kamar mandi. Kutumpahkan semua perasaanku dalam air mata yang segera tersapu guyuran air hangat. Hingga akhirnya aku tergeletak lemas di lantai kamar mandi.


Setelah bosan menangis, aku segera beranjak dari kamar mandi dan mengenakan pakaian. Kuambil ponselku dan kukirim SMS pada Ling. Aku minta dia menjemputku di rumah Martin. Ling menyanggupi dan berjanji akan menjemput aku sepulang sekolah pukul 13.00


Pukul sebelas Martin pulang ke rumah. Tiba-tiba perasanku jadi campur aduk saat kudengar suara mobil Martin memasuki rumah. Ada perasaan jengkel yang menggebu-gebu padanya.


“Kok berani-beraninya orang segede dia menjerumuskan anak kecil! Dasar hidung belang!” pikirku jengkel.


Aku duduk di ranjang menghadap pintu sambil menunggu dia masuk. Kusiapkan wajah sesuram mungkin agar dia tahu kalau aku marah padanya. Aku sudah mempersiapkan diri untuk mendiamkannya selamanya. Pokoknya dia harus tahu kalau aku marah!


Martin yang sepuluh tahun lebih dewasa tahu bagaimana harus bertindak menghadapi aku. Dia diam saja saat aku mendiamkannya. Lalu mulai mengajakku makan. Aku menolak. Dia terus mengajakku bicara dan bercerita kalau dia bangun kesiangan sehingga terlambat kerja. Dia pura-pura tidak tahu aku marah padanya. Sejurus kemudian dia mulai memelukku dan mengatakan kalau dia segera pulang karena khawatir aku belum makan atau kesepian di rumah.

Lama-lama aku kasihan juga padanya. Dia baik padaku. Sebenarnya yang salah aku. Aku yang memaksanya melakukan itu. Padahal kemarin dia sudah mau tidur, aku malah merangsangnya habis-habisan. Yah, aku yang salah. Seperti membangkitkan macan tidur. Aku pun mulai melunak. Aku mulai menjawab pertanyaannya sepatah-sepatah sampai akhirnya suasana mulai cair.

Mengerti umpannya mengena, Martin mulai merayuku dan menggodaku. Aku tidak tahan digoda dan mulai membalas godaannya.

“Martin, kamu harus bertanggung jawab! Kamu harus kawin sama aku!” serangku.

“Jangan kuatir sayang! Aku ini dari dulu juga suka sama kamu. Cuma aku takut kamu yang nggak mau sama aku karena aku terlalu tua. Hahahaha..” balasnya.

Aku tidak peduli pikirku. Toh aku juga merasa cocok dengan Martin. Dia begitu dewasa. Dia bisa momong aku. Masalahnya, dia sepuluh tahun lebih tua dari aku. Apa orang tuaku setuju aku menikah dengannya?

Pikiranku sudah jauh lebih baik sekarang. Martin memelukku erat-erat dan menghiburku. Aku jadi makin sayang padanya.

Akibat kejadian malam itu, hampir tiap hari aku making love dengannya. Kami melakukan di rumahnya, di hotel, di kamar mandi, di mobil dan dimanapun kami mau! Berbagai posisi kami lakukan. Aku benar-benar ketagihan bersenggama! Bahkan kami pernah menginap seharian di hotel dan tidak keluar kamar sama sekali. Saat itu aku sampai orgasme sebelas kali waktu making love dengannya! Benar-benar liar dan tak terkontrol!

Acara tripping selalu dilanjutkan dengan making love. Kesukaan kami adalah triping sambil telanjang bulat berdua di kamar Martin sambil bercumbu. Asyik sekali rasanya! Saat pengaruh ineks menurun, kami bersenggama atau melakukan oral seks untuk membuat on lagi. Setelah benar-benar habis, kami lanjutkan dengan minum minuman keras. Edan..

Dua bulan terakhir ini aku jarang kontak dengan Martin. Martin sibuk dengan pekerjaannya, sedangkan aku sibuk diadili oleh keluargaku. Mereka marah besar padaku dan mengawasiku dengan ketat. Ponselku disita sementara. Telepon untukku disortir sama orang tuaku. Kemana-mana selalu diantar sopir ayahku. Pokoknya aku jadi tahanan rumah!

Entah siapa yang salah! Aku tak perlu menyalahkan siapa saja selain diriku sendiri. Aku sendiri pun menyesal menyadari kondisiku sekarang. Orang luar pada bingung melihat tingkahku. Aku hidup di dalam keluarga yang harmonis. Orang tuaku sayang dan perhatian padaku. Tapi kok bisa aku terjerumus jadi seperti ini?

Hahaha.. memang bodoh apa yang kulakukan. Penyesalan sudah tidak ada gunanya lagi. Entah sampai kapan aku bisa berhenti dari dunia gila ini? Aku pun sudah mulai bosan..

Senin, 01 Agustus 2011

Tips memuaskan pasangan di ranjang ketika berhubungan

Mungkin benar anekdot bahwa wanita adalah makhluk yang tidak puas dalam banyak hal, termasuk dalam urusan ranjang. Memuaskan istri ketika berhubungan membutuhkan beberapa latihan dan kesabaran bagi pria atau suami. Sikap ego harus dikesampingkan agar kepuasan bersama-sama dapat diperoleh.
Berhubungan seks tidak harus lama. Jika sang wanita sudah mendapatkan orgasme, maka itu pertanda bagi sang lelaki untuk menyelesaikan permainan baik cepat maupun lambat. Hubungan seks tidak harus diakhiri pula dengan semburan sperma / orgasme pria. Jika si pria sudah puas maka permainan dapat diakhiri.


Di bawah ini adalah point-point penting yang harus diperhatikan dalam melakukan hubungan badan / intim pria wanita :
1. Lakukan persiapan yang tepat dengan berbagai peralatan dan perlengkapan yang diperlukan secukupnya. Jangan lupa dengan minuman . Pilih tempat yang nyaman, bersih, tidak bau, tidak kotor dan enak suasananya. 
2. Lakukan pemanasan sebelum berhubungan seks. Baik pria dan wanita sama-sama harus berada dalam keadaan terangsang untuk dapat memulai penetrasi batang kemaluan pria ke lubang perempuan. Pastikan si isteri telah basah sehingga tidak akan terasa sakit saat dilakukan serangan. Gunakan jari-jemari, lidah, rambut, kaki, dan sebagainya untuk mendukung upaya anda untuk merangsang si dia.
3. Jangan langsung tancap gas untuk mengejar orgasme. Lakukan dengan perlahan dan santai. Nikmati saat-saat penetrasi dilaksanakan, karena bisa jadi anda tidak dapat merasakan nikmat yang sama di lain waktu. Lakukan berbagai posisi dan cara untuk memuaskan pasangan. Pada awal permainan adalah pilihan yang baik untuk memberikan wanita posisi di atas agar cepat medapatkan orgasme.
4. Hindari pembicaraan serius saat hubungan seks yang dapat menurunkan nafsu birahi lawan main anda. Katakan kata-kata kotor, manja dan nakal yang dapat meningkatkan rangsangan ke lawan sepermainan anda. Matikan hp / ponsel jika perlu agar kegiatan pribadi anda tidak diganggu gugat oleh pihak lain.
5. Setelah sang pria ejakulasi menyemburkan sperma hangat, jangan langsung beranjak pergi meninggalkan pasangan anda. Biarkan libido hawa nafsu yang masih tersisa hilang dulu. Berikan usapan-usapan mesra, kata-kata nakal berterima-kasih, pelukan dan ciuman hangat, dan lain sebagainya sebagai rasa sayang anda pada pasangan anda. Jika sempat mandilah bersama-sama untuk meningkatkan kualitas hubungan anda dengan suami atau istri anda. Lakukan hubugan seks kembali jika sama-sama terangsang kembali.
Tips-tips di atas bisa anda kembangkan sendiri. Tetapi yang paling penting adalah selalu berkomunikasi dengan istri atau pasangan anda sebelum berhubungan. Masalah ranjang adalah masalah yang memang harus di tuntaskan. 

Berawal Dari Video BF

Devi dan Sony adalah dua remaja yang sedang dimabuk cinta, keduanya mengagungkan kesetiaan dan ketulusan dalam mengarungi perasaan kasih sayang yang selama ini menghinggapi kedua sejoli itu. Hubungan mereka telah terjalin selama 3 bulan dan dipenuhi dengan kisah-kisah romantis yang indah. Janji untuk saling setia dan mengasihi selamanya sampai ajal menjemputpun diucapkan. "Dev!, Aku punya kaset CD menarik yang bercerita tentang gejolak cinta anak muda Amerika!", Kata Sony kepada Devi saat istirahat di sekolah.
"Wah menarik sekali! Ingin rasanya aku menonton", respon Devi penuh antusias.


"Kalau begitu habis sekolah kita nonton bareng di rumahku, kebetulan rumah sedang kosong, Mama dan Papa sedang ke Medan, kakakku ke Surabaya ngurus skripsinya, pembantu pulang kampung jadi aku sendirian nich!", tawar Sony pada gadis cantik di depannya.
"Cihui!, Kita bisa bebas dong, nggak ada mata sinis atau muka cemberut dari ortumu!", teriak Devi kegirangan.
"Jangan gitu dong!, jelek-jelek mereka orang yang memeliharaku lho".
"Maaf deh!, maaf aku hanya bercanda".
"Teet!".., "Teet!" "Waduh bel masuk sudah berbunyi tuh! Yuk, kita masuk ke kelas! Oh ya, kutunggu kau di depan gerbang sekolah".
"Cup!", Sony mencium kening Devi dengan mesra.
"Saya mencintaimu Dev!".
"Saya juga mnecintaimu Son!".
Keduanyapun segera menghambur menuju kelas masing-masing.


"Ayo Dev masuk, nggak usah sungkan nggak ada orang kok, anggap aja rumah sendiri", ajak remaja tanggung yang memiliki wajah mirip Keanu Reves kepada Devi, gadis bertubuh montok berwajah cantik yang berhasil digaetnya tiga bulan lalu dengan perjuangan yang gigih.
"Aku ambil minum dulu, kamu langsung aja puter filmnya, ini CD-nya".
Tanpa diperintah lagi Devi langsung meraih kaset CD dari tangan Sony dan langsung memasukkannya dalam VCD Player yang ada di ruang keluarga.


"Gimana Dev filmnya, bagus nggak?", tanya Sony saat keluar dari dapur dengan membawa sebotol air putih beserta 2 gelas.
"Belum tahu dong, baru saja mulai".
"Wah!, bintangnya ganteng dan cantik lho Son, seperti kita berdua".
"Bisa saja kamu".


Merekapun tampak asyik masyuk menikmati film di layar gelas 29 inci. Keduannya sangat mesra, mereka duduk dengan perpelukan, sesekali Sony mencium pipi Devi yang merah dan mulus, Devipun tak mau kalah, dia balas mencium. Siang itu agaknya dunia berpihak pada mereka. Suasana rumah yang sepi membuat mereka berdua leluasa menumpahkan kasih sayang selama ini terkekang oleh aturan orang tua. Namun canda dan tawa mereka tiba-tiba terhenti berganti dengan desahan-desahan halus dari speaker sub woofer TV, tubuh kedua remaja itu menegang, wajah mereka memerah seperti kepiting rebus, nafas mereka terdengar memburu. Tatapan mata mereka tertuju pada adegan film yang membuat jantung berdegup kencang.


Devi dan Sony tampak menghayati permainan dua insan berlainan jenis tanpa sehelai benang pun saling berpagutan, mengulum, berciuman, menjilati kemaluan, erangan halus dan desahan nafas bintang remaja amerika itu mematri amat kuat dalam ingatan mereka berdua. Nafsu birahi dua sejoli yang sedang dilanda kasmaran merambat naik membuat keduanya menggigil menahan gejolak yang sangat kuat.
"Dev, aku mencintaimu, aku men.., men.., menyayangimu", kata Sony dengan suara bergetar sembari mencium tangan Devi.
"Aku jug.., juga cinta kamu Son", kata Devi terbata-bata Keduanya saling berpandangan, nafsu birahi mereka mencuat dirangsang oleh tontonan yang aduhai dan memabukkan.


"Devi.., aku ingin kita bersatu jiwa dan raga".
"Maksudmu?".
"Aku ingin kita melakukan seperti difilm itu".
"Maksudmu hubungan seks!" kata Devi terkejut, Sony hanya menganggukkan kepala.
"Tidak Son, Kita belum meni.."
Belum selesai perkataannya, tubuh Devi menggigil hebat saat sangat Sony merayapi buah dadanya yang telah mengeras melalui sela-sela kancing baju.
"Kau cantik Dev, aku ingin mencurahkan kasih sayangku padamu", bisik Sony sambil lidahnya menjilati daun telinga Devi.
"Son!, jang.., an Son jang..".
"Tidak Dev, kau adalah milikku, kita akan bersama selamanya dan tidak akan pernah berpisah".


Devi tak kuasa menolak ajakan bejat dari Sony untuk melakukan hubungan badan, nafsu birahinya telah menguasai akal sehatnya. Sony mulai melakukan serangan kepada Devi, memory gerakan yang ada difilm segera saja dipraktekkan. Sony memagut bibir Devi dan Devipun membalas dengan hangat, keduanya saling mengulum dan berpelukan mesra. Walau masih pelajar SMU tangan sony telah terampil untuk membuat rangsangan dahsyat ke tubuh Devi yang sintal dan mulus itu. Satu persatu kancing baju seragam Devi dilepasnya dan kini tampak kutang berwarna putih menyembuh keluar. Melihat kutang Devi, Sony tak tahan lagi, dia langsung melepas kutang itu dan membenamkan wajahnya di buah dada yang ranum milik Devi. Disedot-sedotnya puting susu Devi yang kenyal.
"Ahh.., uuh.., ahh.., uuh", Devi tampak mengerang keenakan ketika tangan kiri Sony mulai meremas-remas buah dada Devi dan mulutnya menyedot puting susu Devi. Perlakuan itu membuat nafas gadis cantik yang masih perawan itu memburu dan tubuhnya menggelinjang tak karuan.
"Son.., uhh.., ugh.., ahh!", mulut Devi menganga saat mengerang menahan hentakan nafsu dan aliran hawa aneh yang belum pernah dia rasakan selama ini.


Mendengar erangan Devi yang erotis membuat penis Sony mengeras dan menegang. Penis yang selama ini hanya dipuaskan dengan tangan, agaknya akan menemukan lubang fantasi yang sebenarnya telah diinginkannya sejak lama. Nafasnya memburu peluh mulai bercucuran seiring dengan naiknya panas tubuh mereka. Sony mulai menyusuri tubuh Devi yang montok, dia mengendus-endus dan mencium serta menjilati perut Devi, membuat gadis berumur 17 tahun itu kegelian dibuatnya. Rok abu-abu yang masih melekat segera dilepas Sony dengan setengah paksa.


"Dev, kau cantik sayang, tubuhmu indah, hmm, nikmat!", rayuan gombal Sony membuat perasaan Devi melambung menembus awang-awang.
"Son.., lakukanlah!, lakukanlah!".
"Sabar Dev, kita akan bersama-sama menjumpai kenikmatan yang maha dahsyat yang belum pernah kita rasakan.
"Agghh.., ughh.., uuh.., ahh", tubuh Devi menggelinjang, nafasnya memburu dan dari mulutnya keluar erangan kenikmatan saat tangan nakal Sony meremas vagina Devi yang masih tertutup celana dalam berwarna hitam.
Lelaki berumur 19 tahun itu menindih tubuh kekasihnya, ditatapnya wajah cantik dengan bibir merah merekah dengan mesra.


"Buka matamu Dev, rasakan aliran nikmat yang terus menerjang dan mendesak-desak tubuh kita", pinta Sony saat melihat mata Devi terpejam karena tak kuasa menahan kenikmatan yang asing dan baru pertama kali ini dia rasakan.
"Bagaimana sayang, kau bahagia?", tanya lelaki itu sembari tersenyum romantis.
"Kau nakal Son?, Kau membuatku lupa diri".
"Aku ingin membahagiakanmu Dev".
"Uuuh.., aah.., uhh", Devi kembali mengerang saat lehernya digigit lembut oleh Sony.
"Dev, bantu aku membuka bajuku".
Gadis yang telah memuncak birahinya itupun langsung membuka kancing baju pacar yang menindih tubuhnya.
"Jangan gitu dong Son, bajumu nggak bisa kulepas, jangan menciumi aku dulu".
"Oh Sorry, habis kamu cantik sih", keduanya langsung tertawa cekikikan.
"Oke, aku buka sendiri deh", setelah berkata begitu Sony langsung melepas baju dan celana panjang sehingga kini dia hanya memakai celana dalam saja dan tampak kepala penisnya menyembul keluar seakan mau berkata kalau dia sudah siap untuk bertugas.


Tanpa kompromi lagi, dia langsung menghujani ciuman ke leher, bibir dan buah dada Devi dengan penuh nafsu, digelutnya tubuh gadis yang membuatnya mabuk kepayang itu dengan aroma birahi. Keduanya bergulingan di lantai, mereka sudah tidak mempedulikan sekelilingnya, film dari VCD yang masih berlangsung sudah tidak menarik lagi bagi mereka, benda-benda di sekitar ruang keluarga menjadi saksi bisu bagaimana Sony dan Devi memburu kenikmatan yang hanya diperbolehkan bagi mereka yang telah resmi menjadi suami isteri.
"Dev, Hmm".
"Sony.., kau hebat aku bangga padamu".
"Auuhh.., aghh.., uhh"


Kembali Sony menyusuri lembah-lembah misteri di tubuh devi, dan sampailah kini dia di lembah yang paling rahasia bagi kewanitaan Devi, Vagina, kulit paha yang putih mulus membuat penis Sony mengangguk-angguk dengan hebat, CD-nya sudah tidak sanggup menahan desakan penis yang telah membesar itu. Celana dalam Devi yang masih membungkus vagina segera dilepas Sony dan tampaklah vagina Devi yang memancarkan cahaya birahi amat kuat, membuat Sony kelabakan. Nafsu Sony bertambah beringas melihat vagina yang ditumbuhi bulu-bulu halus, ditekuknya lutut Devi dan dibukanya paha Devi. Sony melihat daging merah ranum yang membuatnya menelan ludah. Tanpa ba.., bi.., Bu lagi dibenamkannya kepala Sony diantara kedua paha Devi. Dijilatinya selakangan Devi, kemudian disedotnya bibir vagina yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu, klitoris Devi menegang jadinya, Sony pun tanggap bahwa Devi telah meningkat birahinya dan diapun langsung menggetarkan klitoris itu dengan telunjuk kanannya, membuat vagina devi semakin membesar dan mengencang.


Tak lama cairan bening vagina tanpa permisi mengucur deras membasahi bulu-bulu lembut yang ada di sekeliling bibir vagina, bahkan sebagian tumpah membasahi lantai keramik ruang keluarga tempat kedua remaja itu memadu cinta. Sony pun segera menghisap cairan itu dan menyedotnya sampai licin tandas.
"Uuuenak tenan Dev, manis, asin dan gurih", kata Sony, mendegar perkataan kekasihnya Devi tersenyum bangga. Sony kembali menggetarkan klitoris Devi, diapun mengkombinasikan dengan sedotan pada puting susu Devi yang mengeras.
"Uuuh.., ughh.., aahh", tubuh Devi menegang dan menggelinjang dengan dahsyat, kedua tangannya menjambak rambut Sony yang sedang asyik mengulum susu putihnya.
"Son, masukkan penismu Son dalam vaginaku.., cepat Son.., cepat.., aku akan.., aah.., aahh.., uhh.., auughh.., auu", erangan Devi kali ini lebih keras dari sebelumnya, tubuhnya berguncang hebat, lenguhan panjang keluar dari mulutnya. Dia orgasme! .
Setelah Devi tenang, kembali Sony menindih tubuh Devi yang telah bugil.
"Sabar Dev, ini baru permulaan, kita akan merasakan kenikmatan yang lebih nikmat lagi".
Diciumnya gadis yang dicintainya itu dengan kasih sayang, Devi kelihatan tampak puas setelah dia menggapai bintang-bintang lazuardi di langit kenikmatan.
"Ok Dev, sekarang gantian kau yang merangsangku", Sony meraih tangan devi, diapun duduk di Sofa.
"Dev, Kamu pintar berkaroake kan?, Nah sekarang penisku kamu buat karaoke Dev, jilatilah dan kulumlah", pinta Sony pada Devi yang masih terlihat merem melek. Sony langsung melepaskan celana dalamnya sendiri dan tampaklah penis yang besar dan panjang bagaikan pisang raja sehingga membuat Devi sedikit ragu untuk mendekat.
"Jangan takut Dev, tidak apa-apa, Ini milikmu, kau berhak memiliki dan menikmati penisku Dev", kata Sony sambil menarik kedua tangan Devi dan dilekatkan pada penis yang kekar itu


Devi pun mulai terbiasa dan dia langsung menjilati kepala penis dengan antusias dan penuh birahi, membuat Sony merem melek keenakan.
"Terus Dev.., teruus.., oohh.., uuhh nikmat".
Dikulumnya Kepala penis itu dan disedotnya dengan mulut Devi yang membuat tenaga Sony seakan-akan luluh lantak, diapun mengerang dan menggelinjang menahan birahi yang sangat dahsyat. Devi yang sudah mulai mengikuti irama seks Sony melancarkan serangan, dia menjilati scrotum Sony, rambut kemaluan yang lebat tak luput dari tangan terampil Devi membuat Sony kelabakan dan ngos-ngosan.


Setelah beberapa lama Devi mengaduk-aduk dan membelai dengan sentuhan nafsu yang ganas penis Sony, tubuh Sony pun bergetar hebat, dia merasakan aliran aneh menyusup di sekujur tubuhnya mulai dari ubun-ubun sampai ujung kaki, tubuh Sony berguncang dengan keras membuat sofa tempat dia duduk mengeluarkan bunyi nyaring.
"Dev.., ooghh.., ughh.., Dev.., kau.., kau".
"Croot.., croot.., crot", sperma Sony menyembur ke dalam mulut Devi membuat gadis bertubuh putih mulus itu tersedak.
"Wah sperma mu banyak banget Son, membuat aku tersedak nih, tapi rasanya Oke punya lho, hmm aumm", kata Devi sambil menjilati sisa sperma yang masing ada dikepala penis, disedotnya batang penis Sony hingga cairan spermanya keluar semua dan Devi pun segera menelannya.
"Kau hebat Dev, kau cantik", rayu Sony di atas sofa dengan lirih sembari tangannya membelai lembut rambut gadis yang telah membuatnya orgasme.
"Kau masih kuat Dev?".
"Tentu Son, kau belum memberiku kenikmatan sejati, penismu belum melaksanakan tugasnya".
"Ohh Devi, kau benar-benar pengertian sayang".
Sony pun kembali memeluk Devi dan menjilati telinga kanannya hingga membuat Devi menggigit puncak Sony karena kegelian.
"Aduh.., aduh sakit nih".
"Habis.., kau nakal".


Sembari duduk kedua remaja yang telah terbuai nikmatnya seks itu melakukan percumbuan tingkat tinggi, naluri seksnya sangat kuat, khayalan seks yang selama ini hanya di angan-angan saja mulai dipraktekkan, membuat permainan seks mereka sangat profesional, gerakan erotis, cara merangsang pasangan, erangan-erangan yang memabukkan mereka mainkan. Teknik-teknik yang didapat dari nonton blue film, foto erotis di internet, juga buku-buku porno, seks education membuat mereka mahir walau pertama kali mereka melakukan aktivitas seks sebenarnya.


Kembali Sony berpagutan dengan Devi, dilumatnya bibir merah merekah milik Devi, lidahnya mulai menggelitik rongga mulut Devi, menggigit dengan lembut lidah Devi membuat gadis seksi itu semakin terbakar birahinya. Tangan nakal Sony meremas dengan kuat buah dada yang mengeras dan menantang milik Devi, kali ini si empunya sedikit meringis kesakitan namun rasa nikmat mengalahkan rasa sakit itu, leher Devi pun tak luput mendapat gigitan lembut Sony, Devi pun menggelinjang keenakan. Gadis yang sintal itupun tidak mau hanya pasif, dia menanggapi permainan Sony, tangan kanan Devi mengocok penis Sony, membuat batang penis Sony menjadi sangat keras seperti batangan logam sedang tangan kirinya menjambak rambut Sony sehingga membuat lelaki yang memiliki dada bidang itu kelojotan dibuatnya.


"Dev kau siap Dev, penisku akan kumasukkan dalam vagina sucimu", bisik Sony di telinga Devi.
"Masukkan saja Son, aku telah siap", jawab Devi dengan terpejam, dia sudah terbang ke surga dunia.
"Kau tak menyesal Dev kehilangan keperawananmu?", tanya Sony ragu.
"Tidak Son, semua telah telanjur, aku sudah merasakan betapa nikmatnys seks yang membuat diriku seperti terbang di awang-awang".
"Devi kau sungguh nekat".
"Demi kau Son, Demi kita, Demi cinta kita!", jawab Devi.
"Aku mencintaimu Dev, kita kan bersama selamanya".
"Ahh uggh.., uuhh.., agh.., uhh.., aahh", Devi mengerang dan tubuhnya berguncang saat Sony mempermainkan klitorisnya dengan jari telunjuk, digetarkannya klitoris Devi lebih keras lagi. Sony ingin agar vagina gadis yang telah menyerahkan jiwa dan raganya itu menjadi lebih basah sehingga dengan mudah penis yang berukuran "bangkok" miliknya bisa menembus benteng kesucian devi.


Usaha remaja itu agaknya menemukan hasil, cairan vagina Devi tumpah meluber membasahi lantai dan jari telunjuknya, kemudian dia meremas vagina itu dengan sedikit keras sehingga membuat Devi mengeluarkan lenguhan kenikmatan. Ditekuknya kaki Devi dan dibukanya paha mulusnya sehingga tampak vagina yang menganga, lubang vagina Devi bertambah besar seakan memanggil-manggil untuk segera dimasuki. Sony yang melihat hal itu semakin bernafsu untuk segera menuntaskan permainan, dipegangnya penis yang menjadi kebanggaannya selama ini dan dilekatkannya di mulut vagina Devi, Sony menarik nafas dan matanya terpejam, diapun mulai mempersiapkan diri untuk menjebol keperawanan Devi dan mengakhiri masa perjakanya, dia tidak peduli apa kata orang nanti, yang dia rasakan kini adalah kenikmatan dan kenikmatan yang amat sangat yang tidak bisa dia lukiskan. Dengan pelan dan pasti penis Sony mulai menusuk daging merah ranum milik Devi yang telah menanti untuk dikunjungi.


"Aduh sakit Son.., sakit!", rintih Devi kesakitan saat kepal penis Sony mulai masuk ke liang vagina Devi. Sony tampak terkejut mendengar rintihan Devi, dia tidak menduga walau telah banyak cairan vagina Devi yang keluar, Devi masih merasakan kesakitan. Sony pun cepat tanggap kepala penis yang sudah masuk dibiarkan bertahan dalam vagina, tubuhnya direbahkan menindih tubuh Devi dengan siku dijadikan penyangga agar gadis yang dicintainya itu tidak tersiksa.
"Tenang Dev, tidak apa-apa kok!, sakitnya hanya sebentar setelah itu kenikmatan dahsyat yang akan kamu rasakan", bisik Sony sambil menjilati daun telinganya membuat Devi mengerang halus.


Sony mulai memutar-mutar pantatnya sembari tangan kananya meremas payudara Devi.
"Uuuhh.., ahh.., ughh.., ohh, nikmat sekali Son, teruuss.., teruss.., ahh", desis Devi yang kembali merasakan kenikmatan, kedua tangannyapun segera memeluk tubuh kekasihnya yang telah memberi kenikmatan dunia itu.
Putaran pantatnya membuat penis Sony seperti mengaduk-aduk vagina Devi. Vagina Devi seakan-akan menyedot dan memijat penis kekar Sony membuat keduanya terbang ke surga loka. Kedua tangan Devi ikut pula meremas-remas pantat Sony hingga lelaki itu mendesis-desis mengeluarkan energi birahinya yang mau meledak.
"Dev.., oh.., uuhh", gerakan batang penis Sony semakin cepat, kali ini sudah tidak berputar namun naik turun mencoba menerobos masuk vagina Devi.
"Krek!", "Kreek!", "Bless!".
Robek sudah selaput dara Devi ditembus penis Sony, rasa sakit tidak lagi dirasakan Devi, yang ada kini cuma rasa nikmat yang luar biasa yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata.


Gerakan naik turun pantat Sony diimbangi naik turunnya pantat Devi, keduanya semakin kompak untuk memburu kenikmatan surga dunia.
"Uhh.., aahh.., ugghh.., oohh".
"Hmm.., aumm.., aah.., uhh.., oohh.., ehh".
"Soon.., uuhh.., ssoonn.., ahh".
"Deevv.., auhh.., ohh.., Devii kau".
Untuk menambah daya nikmat, Sony menaikkan kedua kaki Devi di atas pinggulnya sehingga jepitan Vagina terhadap penisnya semakin kuat. Tangan Sony meremas payudara montok Devi dan mulutnya memagut dan melumat habis bibir Devi membuat tubuh Devi memakin menegang.
"Soon.., oohh.., aahh.., ugghh.., aku.., au.., mau.., ah.., ahh.., ah.., ah.., uh.., uhh", tubuh Devi menggelinjang hebat, seluruh anggota badannya bergetar dan mengencang, mulutnya mengerang, pinggulnya naik turun dengan cepat dan tangannya menjambak rambut Sony. Kemudian memeluk tubuh Sony dengan erat. Devi telah mengalami orgasme.


"Dev.., ohh dev.., aku jugg.., juga mau keluar.., ahh.., aahh.., ahh.., uhh", gerakan pantat Sony semakin cepat, batang penisnya terlihat keluar masuk di liang vagina, denyutan vagina yang memijatnya membuat dia keenakan.
"Croot.., croot.., crott", sperma Sony keluar dengan cepat dan dia tidak sempat mencabut penis dari vagina Devi sehingga sperma itu tumpah di dalam lubang vagina. Rasa panas di ujung kemaluan mereka rasakan, keduanya saling berpelukan erat dan kedua mata mereka tampak terpejam seakan menghayati tetesan nikmat yang baru saja mereka peroleh.
"Kau cantik Dev!, Kau hebat!, aku puas Dev", kata Sony kepada Devi yang masih terpejam, dilumatnya bibir gadis yang telah rela dia perawani itu dengan kasih sayang.
"Plop", Suara yang mengiringi keluarnya penis Sony dari lubang vagina Devi.


Kedua remaja yang telah bercinta itu tampak telentang dengan nafas masih terdengar ngos-ngosan, tubuh mereka bugil tanpa sehelai benang pun. Penis Sony masih terlihat menegang, menjulang seakan belum puas dengan tugas pertamanya. Sedang Devi telentang dengan peluh yang bercucuran, dari lubang vaginanya tampak bercak darah yang keluar. Ya.., darah perawan Devi yang telah pecah di siang itu dan Devi pun telah merelakannya demi kekasih tercinta. Sperma Sonypun tampak meleleh keluar dari dari lubang vagina Devi dan membasahi lantai.


Sony dan Devi masih membiarkan tubuh mereka bugil dan menghayati serta merasakan kenikmatan yang luar biasa dan baru mereka dapati. Apakah mereka akan melanjutkan ke babak kedua dan apakah pengalaman pertama ini membuat mereka menjadi ketagihan, ketagihan dan ketagihan untuk terus bercinta dan berhubungan seks dengan lebih dahsyat lagi. Entah hanya mereka yang tahu.